Judul : Berani tidak Disukai
Penulis : Ichiro Kishimi dan Fumitake Koga
Tahun Terbit : 9 September 2019
Tebal Buku : 352 halaman + xxi
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Harga Buku : Rp 98.000
Peresensi : Aliyah Yuni Nurrohmah*
Apakah kebahagiaan merupakan pilihan yang kita buat? Jawaban yang mudah dan langsung dapat ditemukan dalam buku Berani tidak Disukai. Buku ini membahas beberapa teori, seperti teori Alfred Alder, salah satu dari tiga psikolog terkemuka abad ke-19 yang membahas bagaimana menentukan kebahagiaan. Dalam buku ini Ichiro Kishimi dan Fumittake Koga hanya memberikan jawaban atas teori ini. Kita akan belajar bagaimana memaafkan diri sendiri, mencintai diri sendiri, dan menyingkirkan pikiran yang tidak penting dalam buku yang berwawasan luas ini. Kita dapat memupuk keberanian untuk berubah dan mengabaikan segala keterbatasan potensial dengan mengadopsi cara berpikir yang membebaskan ini. Rahasia kebahagiaan sejati, di mana kebahagiaan adalah sesuatu yang kita pilih, akan terungkap dalam buku ini.
Pandangan psikologis Freud berpendapat bahwa "luka batin" seseorang adalah trauma yang menyebabkan ketidakbahagiaannya saat ini, sedangkan psikologis Adler menjelaskan bahwa penyebab ketidakbahagiaan bukan karena trauma.
Tidak selalu "apa yang terjadi" itu yang membuat masalah, melainkan "bagaimana menghadapinya". Kita tidak bisa mengubah masa lalu, apalagi kembali ke sana. Kita akan terikat oleh masa lalu dan jauh dari kebahagiaan yang terbentang di depan jika terus-menerus atau bahkan hanya berdiam dalam lubangnya.
Hidup ini keras, dan jika kita memilih untuk hidup di masa lalu, akan sulit bagi kita untuk maju dan menjalani kehidupan yang produktif dalam hidup ini.
Jika kita terlalu menekankan pujian pada orang lain dan mendambakan hidup seperti mereka, kita tidak akan mengalami "kebahagiaan". Sebaliknya, kita akan terus menempatkan terlalu banyak penekanan pada kehidupan orang lain dan ingin menjadi seperti mereka.
Kita tidak akan mengalami "kebahagiaan" yang kita butuhkan untuk mencintai diri kita sendiri jika kita tidak menerima diri kita apa adanya. Jika kita berpikir ada hal-hal yang tidak kita sukai, kita mungkin bisa mengubahnya dengan hal-hal yang membuat kita bahagia. Namun, berubah di sini tidak sama dengan mengubah diri kita menjadi seperti orang lain.
Jika dilihat dari kehidupan ini, akan sulit menemukan seseorang yang bangga menunjukkan kebahagiaannya pada dirinya sendiri. Namun, setidaknya mereka tidak ingin menjadi orang lain dan baik-baik saja dengan siapa mereka, yang cukup untuk mencapai "kebahagiaan".
Hidup bukan untuk Mendapatkan Pengakuan dari Orang Lain
Teori ini dikemukakan oleh Adler untuk mengingkari kebutuhan untuk mencari pengakuan dari orang lain, dalam proses mendapatkan pengakuan dari orang lain jelas mengasyikkan tetapi salah jika menganggap bahwa pengakuan adalah sesuatu yang perlu dirasakan dan diperoleh secara terus menerus.
Yang bisa kita lakukan dengan hidup kita sendiri adalah memilih jalan terbaik dari diri kita sendiri, dengan menjalani prinsip berpikir kita sendiri, meskipun dengan "risiko" tidak disukai oleh orang-orang di sekitar kita. Dengan keberanian itu dengan tujuan perjalanan menuju diri sendiri yang sesuai dengan prinsip hidup kita dan juga termasuk keberanian untuk tidak disukai orang.
Temukan Kebahagiaan Melalui Kemampuan Menerima Diri Sendiri
Manusia tidak dapat memastikan hal-hal di dunia ini yang dapat diubah dan hal-hal yang tidak dapat diubah karena tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini. Manusia tidak dapat mengubah apa yang mereka miliki sejak lahir, tetapi kita dapat mengubah cara kita menggunakannya melalui kekuatan kita sendiri.
Dalam teori psikologi Adler, ini disebut "pengunduran diri positif", dan ini mengharuskan kita untuk menerima diri kita apa adanya dan mengubah hal-hal yang dapat diubah daripada berfokus pada apa yang tidak dapat diubah. Penerimaan diri adalah istilah untuk ini.
Kita dapat memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk kedamaian dan penerimaan diri terhadap segala sesuatu yang dapat atau tidak dapat diubah melalui konsep ini, jika dikaitkan dengan keyakinan agama. Sebagian besar dari kita tidak kekurangan "kemampuan", melainkan lebih kekurangan "keberanian".
Kelebihan buku ini, alur cerita yang baik, penulis dalam menyampaikan cerita tidak lupa menambahkan kata-kata mutiara yang bagus, dan sangat menarik karena membahas tentang psikologi yang sedang tren dalam kalangan remaja.
Untuk kekurangan dari buku ini, topik yang dibahas oleh Ichiro Kishimi dan Fumitake Koga tampaknya berlalu dengan cepat, dan kami tidak didorong untuk mempelajari lebih dalam. Karena cerita bergerak cepat, pembaca harus membaca buku setidaknya dua kali untuk memahami dan menyimpan informasi.
Kesimpulannya, hidup kita tidak dirancang untuk "memuaskan" harapan orang lain. Jika kita menjalani hidup dengan niat melebihi harapan orang lain, kita akan kehilangan kepercayaan pada diri sendiri, yang merupakan hal yang sangat buruk. Ketika kita mampu menerima dan mencintai diri sendiri terlebih dahulu, kita akan menemukan kebahagiaan kita sendiri, dan kehadiran kita dapat membantu lingkungan.
*Aliyah Yuni Nurrohmah, mahasiswa Teknik Industri, Universitas Muhammadiyah Malang